AJWI - Jatinangor, 28 Agustus 2024 Film
"Islah" garapan sutradara Rian Bungsu, produksi Perspektif Film Studio,
Tasikmalaya, terpilih sebagai "Film Pendek Terbaik Kategori Peserta
Umum" dalam ajang Festival Film Moderasi Beragama (FFPMB) 2024 yang
diselenggarakan oleh Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI.
Sedangkan
film "Lontong" produksi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kota Malang,
dinobatkan sebagi "Film Pendek Pelopor Moderasi Beragama Terbaik
Kategori Peserta Pelajar", dalam Malam Puncak Penganugerahan FFPMB Award
2024 yang digelar Rabu Malam (28/8/2024) di Kampus Unversitas
Pajajaran, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat.
Sementara
untuk unsur "Cerita Moderasi Beragama Terbaik", jatuh pada cerita film
"Tasamuh” produksi UIN Raden Intan Lampung. Dan sutradara Caesario
Arnoldi terpilih sebagai "Sutradara Terbaik" dalam film "Selamat Berduka
Cita" produksi Calliope, Univ. Multimedia Nusantara, Tangerang.
Selain
itu, film "Dhawak" produksi MAN 2 Tulang Bawang, juga dinobatkan publik
sebagai "Film Pendek Favorit Moderasi Beragama". Setelah mendapat
apresiasi disukai (_like_) dari Youtube 15.634 netizen dan 5.029
komentar publik. Sementara melalui platform Instagram disukai 911
netizen, 542 _share_ dan 239 komentar.
Selain
aktor dan sutradara kawakan Dessy Mizwar, tampak hadir dan turut
menyerahkan Trophy FFPMB Award kepada para pemenang, Kepala Balitbang
dan Diklat Kemenag RI Prof. Dr. Amin Suyitno, M.Ag.
Deddy
Mizwar sebagai Juri Utama FFPM 2024 menilai bahwa potensi anak-anak
muda, khususnya dalam bidang audio-visual dan perfilman, sangat besar.
"Sehingga
kita harus menciptakan momentum agar mereka terus berkarya lewat
ajang-ajang festival seperti ini," ujar pemeran utama film legendaris
"Naga Bonar" ini.
Pada
kesempatan itu, Deddy juga menekankan bahwa di era digital ini, film
menjadi alat ekspresi yang kuat dan dapat diakses oleh semua kalangan,
termasuk anak-anak.
Menurutnya, film tidak hanya
sekadar hiburan, tetapi juga sarana untuk menyampaikan gagasan dan
nilai-nilai etika dan estetika yang bisa mempengaruhi perilaku dan cara
berpikir masyarakat.
Dari
total 299 sineas muda yang mendaftarkan karya mereka dalam festival
ini, Deddy mengungkapkan kekagumannya terhadap antusiasme generasi muda
dari Aceh hingga Papua.
Namun,
Deddy juga memberikan kritik membangun, terutama mengenai kualitas
skenario yang dianggapnya sebagai elemen paling krusial dalam pembuatan
film. "Kalau skenarionya baik, teknis seburuk apapun tetap bisa jadi
bagus. Sebaliknya, jika skenarionya lemah, teknik sehebat apapun tidak
akan bisa menolong," tegasnya.
Deddy
Mizwar juga menyarankan agar Balitbang Diklat melanjutkan inisiatif ini
dengan mengadakan workshop yang fokus pada pembuatan skenario dan
teknik-teknik dasar pembuatan film.
"Kita
harus mengasah kepekaan para sineas muda dalam menangkap realitas di
sekitar mereka dan mengolahnya menjadi gagasan yang kuat dan estetis,"
tutup Deddy.
Lima
Pemenang Terbaik FFPMB Award tahun ini, selain mendapat Trophy juga
mendapat total hadiah Rp. 50 Juta. Sementara tujuh nominator lainnya,
mendapat insentif pembinaan dari Majelis Hukama Muslimin Indonesia
masing-masing Rp. 5 Juta. Dana insentif ini diserahkan langsung
Sekretaris Utama Baznas Dr. H. Muchlis Muhammad Hanafi, Lc, MA.
0 Komentar